Malam ini sama seperti malam-malam sebelumnya, kau berbaring di sana, dalam kegelapan dan kesunyian, sendiri, hanya di temani oleh angan-angan dalam benakmu. Kau bergeser dan berguling di atas ranjang, hanya kau dan angan-anganmu. Kau melamun, merenung, serta berkhayal, apapun supaya dapat mengalihkanmu dari keheningan total yang melingkupi.
Bunyi berderit tertangkap telingamu, bunyi yang tidak terlalu aneh pada malam-malam sunyi seperti ini, pun begitu kau tetap terperanjat dibuatnya. Hampir setiap malam kau mendengar bunyi itu, namun prasangka-prasangka buruk yang muncul sedikit demi sedikit mulai memicu rasa takut sembari serangan paranoid mulai menguasaimu. Khayalan indah yang sebelumnya menerangi angan-anganmu kini semakin gelap. Benakmu yang tadi dihiasi kebahagiaan dan keceriaan sekarang dipenuhi sosok para iblis dan pembunuh gila.
Bahkan kesunyian yang kau coba acuhkan pun telah merebut kembali seluruh perhatianmu. Kau berbaring di sana, dalam keheningan, menyimak dengan seksama bunyi apapun yang akan terdengar, berharap semuanya tetap sunyi. Suara-suara samar yang tertangkap telingamu semakin memperkuat aura paranoid itu, dan kesunyian serasa membekapmu sementara kau dengan was-was menanti apakah yang akan muncul selanjutnya.
Kau terlalu takut membuka mata dan melihat adanya sesuatu yang telah lebih dulu terdeteksi oleh firasatmu. Kau berbaring di sana, sendirian dan ketakutan.
Kau mencoba mencari cara tercepat untuk bersembunyi, sementara dalam pikiranmu, rasa takut mulai mengilustrasikan wujud dari apapun yang menjadi penyebabnya. Sontak kau teringat sebuah solusi dari masa kecilmu dulu, yaitu sembunyi dibawah selimut. Kau menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhmu, lalu kau berbaring dalam diam. Bunyi-bunyian terdengar, namun kali ini tak semenyeramkan yang kau takutkan sebelumnya. Kemudian kau menyimpulkan bahwa jika mereka tak dapat melihatmu, maka kau akan aman. Hawa dibawah selimut semakin panas, namun kau terus bertahan mengingat rasa aman yang kau dapat didalamnya. Perlahan kau kembali tenang dan santai, bersamaan dengan itu pemikiran realistis pun mulai bermunculan di otakmu.
Lagi-lagi hanya ada kau dan angan-anganmu, sendirian, dibawah selimut. Kau berpikir sungguh konyolnya dirimu yang merasa sangat ketakutan hanya karena suara-suara samar tak jelas. Dengan mata masih terpejam, kau menyibak selimut dari wajahmu, seketika udara panas menguap berganti dengan hembusan angin segar yang dingin. Kau menghela nafas lega, kemudian kau menggulingkan tubuhmu ke sisi pinggir ranjang hanya untuk dikagetkan oleh sebuah suara berat nun parau berbisik,
"Oh disitu kau rupanya..."
kemudian disusul bunyi langkah kaki merangkak mendekati ranjangmu.
Translated & Retold by : Manon