Posted by : BlogBlogger Senin, 17 Februari 2014

Run, Upshur, RUN!


Sebagai jurnalis yang tidak tahu cara membela diri dan menggunakan senjata, Upshur hanya punya satu “senjata” – sebuah camcorder.


Apa yang membuat Anda selalu merasa nyaman ketika memainkan sebuah video game? Jawabanya tentu saja satu – ilusi bahwa Anda memegang kendali permainan secara penuh, terlepas dari seberapa sulit, menyeramkan, atau bahkan tidak masuk akalnya sebuah game. Anda yang mengendalikan, Anda yang menentukan, Anda juga bertanggung jawab penuh terhadap aksi dan konsekuensi yang mungkin terjadi. Lantas apa yang terjadi jika ilusi krusial yang satu ini dicabut begitu saja? Maka ada perasaan cemas dan ketidaknyamanan yang secara konsisten hadir, dimana semua elemen permainan menjadi variabel yang sulit untuk diprediksi, atau lebih parahnya lagi, tidak mungkin untuk ditaklukkan begitu saja. Di area inilah, Outlast memainkan pesonanya.

Pena adalah pedang bagi seorang jurnalis, namun sayangnya tidak akan berguna banyak ketika Anda terkurung bersama dengan puluhan orang gila yang tidak lagi memiliki pertimbangan moral, rasa bersalah, dan konsep benar-salah. Kebenaran tampaknya tidak lagi terlalu penting ketika Anda terjebak bersama ancaman yang terobsesi untuk mencabik-cabik tubuh Anda menjadi potongan kecil atau sekedar mendaratkan kepala Anda jauh ke seberang ruangan. Namun entah apa yang merasuki pikiran Upshur, karena yang ia pentingkan saat ini bukanlah belajar bagaimana cara yang tepat untuk menggunakan senjata api untuk bertahan hidup, namun mencari bukti kuat keterlibatan Murkoff Corporation dalam tragedi ini. Oleh karena itu, ia bertahan dengan hanya satu senjata – sebuah camcorder.

Fakta bahwa ia adalah seorang jurnalis yang tidak memiliki kemampuan fisik memesona atau kemampuan menguasai senjata api menjadi pondasi bagaimana Outlast secara konsisten memacu adrenalin Anda. Anda tidak bisa melawan balik ancaman yang hadir. Hanya ada dua opsi yang bisa Anda tempuh untuk menyelamatkan diri: bersembunyi dan berlari sekencang mungkin untuk mencari tempat yang lebih aman. Ancaman biasanya akan datang mengintai secara perlahan, namun tidak jarang pula muncul secara tiba-tiba dan menuntut Anda untuk terlibat dalam sebuah QTE sederhana dan melepaskan diri. Opsi terbaik sejauh ini? Setiap kali Anda mendengar atau melihat pergerakan apapun yang berada di depan mata, menjadi tindakan yang bijaksana untuk mengambil langkah seribu.



Hanya ada dua opsi paling rasional ketika Anda bertemu dengan setiap ancaman di Outlast: lari atau sembunyi.



Shhhhhhhh…

Selain berlari, Anda juga bisa bersembunyi dalam locker atau di bagian bawah tempat tidur jika memang dimungkinkan. Namun dalam posisi dikejar, bersembunyi bukanlah opsi yang tepat mengingat mereka cukup cerdas untuk mengenali jejak Anda dan mencari tahu dimana tempat Anda bersembunyi. Melihat pergerakan musuh di balik tempat persembunyian, Anda harus mengandalkan perubahan musik dan detak jantung untuk mengetahui apakah sudah cukup aman untuk keluar dan kembali menjalankan misi utama Anda. Namun tentu saja tetap berusaha semaksimal mungkin untuk tidak menghasilkan suara yang dapat menarik perhatian.

Sebagai seorang jurnalis, camcorder menjadi perpanjangan tangan dan mata Upshur untuk lebih menguasai medan, dan tentu saja meninggikan probabilitas untuk bertahan hidup. Dengan menggunakan klik kanan, Anda bisa masuk ke dalam mode kamera, tidak hanya untuk merekam beberapa peristiwa penting, tetapi juga melakukan zoom in dan out untuk melihat potensi ancaman di depan mata. Alasan terkuat mengapa Anda harus memaksimalkan “senjata” ini? Karena camcorder merupakan satu-satunya mata Anda di dalam kegelapan. Menekan tombol “F” dan mengaktifkan mode infra merah, Anda bisa melihat lebih jelas di daerah tanpa penerangan sama sekali. Sayangnya, mode ini akan menghabiskan baterai Anda yang tentu saja krusial ketika Anda berada dalam situasi yang genting. Oleh karena itu, mengatur penggunaan baterai dan mengumpulkan sumber daya ini menjadi side mission yang tidak bisa dipandang sebelah mata.


Run for your life, Upshur. RUN!



Kamera infra merah memang menjadi mata terbaik Anda untuk melihat ke dalam kegelapan. Sayangnya, ia mengkonsumsi baterai secara signifikan.



Cilukba!



Sayangnya ada beberapa mekanisme yang membuat pengalaman ini sedikit ternodai – fakta bahwa Anda masih bisa bertahan hidup dan lari ketika bersinggungan dengan makhluk-makhluk ini.

Sayangnya ada satu mekanisme yang membuat adrenalin Anda akan sedikit melambat, terlepas dari atmosfer ketakutan yang mungkin tercermin kuat di sepanjang permainan. Benar sekali, kita membicarakan AI dari musuhnya sendiri. Dengan desain yang serupa satu sama lain, hampir tidak ada variasi serangan atau identitas unik yang membuat Anda harus menempuh strategi yang berbeda satu sama lain ketika berhadapan dengan setiap dari mereka. Kekurangan lain? Bahwa Anda ternyata masih punya kesempatan untuk bertahan hidup cukup lama walaupun sudah diserang secara frontal oleh mereka. Tidak seperti game serupa sekelas Slender atau Amnesia yang akan menewaskan Anda ketika bersentuhan fisik dengan ancaman yang ada, Anda masih bisa berlari menyelamatkan diri di Outlast. Hasilnya? Ketika Anda sudah mempelajari mekanik ini, ada perasaan sedikit lebih tenang ketika berhadapan dengan mereka.
Atmosfer yang Luar Biasa

Apa yang membuat Outlast terasa begitu menyeramkan? Kelengkapan elemen yang terhitung berhasil membangun atmosfer yang misterius, menegangkan, dan tentu saja – mengerikan!

Ada beberapa aspek yang membuat formula yang diusung Red Barrels tampil begitu gemilang di Outlast, salah satunya adalah kemampuan mereka untuk menyuntikkan atmosfer yang begitu tepat dan menggugah bagi gamer manapun yang memainkannya. Secara kasat mata, optimalisasi engine lawas – Unreal Engine 3 yang digunakan benar-benar menghasilkan visualisasi yang mumpuni, bahkan menjadikannya sebagai salah satu game horror dengan kualitas grafis terbaik sejauh ini. Kemampuan engine ini juga kian optimal lewat kehadiran sensor infra merah yang terlihat realistis dan menghasilkan pesona sinematik yang membuat Anda seolah terjebak dalam sebuah film thriller Hollywood berbudget tinggi. Menegangkan secara konstan, ia akan menebarkan ketakutan ekstra. Desain setting penuh darah dan animasi karakter AI juga memperkuat kesan ini.

Namun dari semua elemen yang ditawarkan Outlast, audio adalah senjata paling utama untuk memunculkan rasa cemas dan takut tersebut. Red Barrels pantas mendapatkan acungan jempol karena kemampuan mereka menghasilkan kualitas audio yang luar biasa menggugah. Hening di saat yang tepat, dan alunan musik khas horror yang perlahan naik ketika Anda berada dalam suasana tegang benar-benar membuat keringat dingin Anda mengucur deras. Lebih parahnya lagi, Anda juga akan mendapatkan ilusi seolah tengah berada di posisi sang karakter utama lewat sinkronisasi detak jantung yang terdengar jelas setiap saat. Nafas dan suara jantung ini seolah memerintah tubuh Anda untuk berada dalam kondisi yang sama.

Ancaman konstan yang terus hadir tanpa bisa dinetralisir sama sekali, dipadukan dengan audio yang begitu “hidup” = mimpi buruk.

Sayangnya, begitu banyak event yang membuat Anda melompat terkejut terkikis di jam-jam akhir permainan.

Entah menjadi berita baik atau buruk, atmosfer ini sendiri tidak akan bertahan hingga akhir permainan. Apa pasal? Anda akan mulai merasakan ancaman yang berkurang setelah melewati beberapa fase mengejutkan yang mungkin sudah mencuri keberanian Anda di awal permainan. Ketika ada begitu banyak event jump-scare di satu jam awal permainan, Outlast seolah kehilangan identitasnya di beberapa jam permainan setelah event awal ini. Hal ini kian diperparah ketika Anda sudah mulai mengetahui fakta bahwa Anda masih tetap bisa bertahan hidup walaupun sudah bersinggungan secara langsung dengan ancaman-ancaman ini.

Walaupun demikian, menikmati Outlast dengan perangkat headset terbaik Anda, di dalam kamar yang gelap dan sunyi akan cukup untuk membuat Anda setidaknya, berteriak puas di beberapa event yang akan membuat Anda panik, atau mungkin membuat Anda terkencing di celana dan meminta izin orang tua untuk tidur bersama di malam yang sama. It’s scary for sure..

Pages: 1 2 3

id → en
feel
verba: feel
adverbia: sorely

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Popular Post

- Copyright © AnyThing We Share -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -