Posted by : BlogBlogger Rabu, 19 Maret 2014

5. Red Alert 3

red alert 3
Berapa banyak dari Anda yang tumbuh besar dengan Red Alert 2 sebagai salah satu game RTS yang secara berkala dimainkan? Kami juga termasuk di dalamnya. Pesona yang begitu besar membuat game ini begitu populer, dengan beragam musik, karakter, dan unit ikonik yang fantastis dan seimbang di saat yang sama. Berangkat dari persepsi inilah, Red Alert 3 disambut. Kehadiran unit baru – Jepang sebagai konsekuensi plot yang baru membuat pertempuran antara tiga faksi ini memanas. Namun terlepas dari visualisasi yang luar biasa, Red Alert 3 bukanlah seri Red Alert yang selama ini kita inginkan. Usaha untuk bertahan di akar memang pantas untuk diacungi jempol, namun EA gagal menawarkan gameplay yang seimbang, terutama fakta bahwa Jepang ditawarkan sebagai faksi yang cukup Over-power dibandingkan dengan faksi yang lain. Menihilkan potensinya sebagai sebuah game RTS kompetitif.

4. Fable 3

fable 3
Kebebasan untuk tidak hanya membangun karakter, tetapi juga dunia yang Anda tempati lewat beragam aktivitas yang menyangkut pilihan moral – baik dan benar membuat Fable tampil sebagai salah satu game WRPG terbaik di pasaran, setidaknya hingga dua seri pertama. Fable 3 memang berusaha menawarkan sensasi yang serupa, namun ekskusinya tidak sebaik yang dibayangkan. Anda justru harus disibukkan dengan begitu banyak hal remeh-temeh dan side quest yang tidak penting yang menyita waktu Anda, mengalihkan Anda dari misi yang sebenarnya, tetapi di saat yang sama – tidak menggugah dan monoton. Fable 3 menjadi sebuah seri yang tidak pernah diimpikan dan diinginkan oleh penggemar Fable manapun.

3. Duke Nukem Forever

duke nukem
Apa yang Anda harapkan dari sebuah game yang sudah dibangun selama belasan tahun? Dengan proses pengembangan sepuluh kali lipat lebih lama dari sebagian besar game, kita tentu saja mengharapkan sebuah game dengan kualitas yang juga sepuluh kali lipat lebih baik. Namun hasilnya? Salah satu game terburuk sepanjang sejarah. Duke Nukem Forever mungkin menjual karakter Duke Nukem yang ikonik dengan baik, namun gagal di semua elemen ekstra yang lain. Visual yang ketinggalan zaman, konten-konten tidak pantas yang justru membuat pengalaman menjadi canggung, dunia yang begitu datar dan kering, gameplay yang repetitif, dan konsep yang tidak lagi relevan di industri gaming saat ini. Ia mungkin akan tampil memesona jika dibangun 10 tahun yang lalu. Namun di tahun 2011? Sama sekali tidak memenuhi antisipasi yang ada.

2. Diablo III (PC)

diablo 3
Jutaan gamer PC di seluruh dunia sudah pasti pernah menghabiskan waktu yang begitu banyak di Diablo II, menjajal beragam kelas dan membangun karakter unik dengan kebebasan yang hampir mutlak. Dengan proses pengembangan yang begitu lama, sensasi serupa inilah yang diharapkan ketika Blizzard akhirnya merilis Diablo III ke pasaran via PC. Tapi apa yang gamer dapatkan? Sebuah game yang membutuhkan koneksi always-online, dengan gameplay yang tidak lagi memberikan kebebasan apapun dan hanya berfokus pada kombinasi skill, gameplay yang pendek, sistem Auction House yang bergeser menjadi misi utama, dan varian equipment yang sudah tidak lagi begitu memesona. Sensasi menantikan game ini selama satu dekade terakhir jauh lebih memorable daripada memainkan gamenya sendiri.

1. Resident Evil 6

Resident Evil 6 (109)
Semakin jauh melenceng dari akar yang selama ini membuatnya dinikmati, Capcom tampaknya sudah kehilangan akal untuk membawa franchise survival horror andalanya – Resident Evil ke kualitas masa lampau. Terus dikritik karena sensasi action yang kian kentara, Capcom memang sempat menjanjikan atmosfer horror yang lebih baik di seri keenam. Tidak hanya itu saja, mereka juga menawarkan jalinan tiga karakter untuk menawarkan daya tarik di sisi cerita, yang ketiganya akan bergabung dalam satu benang merah cerita yang sama. Namun semua klaim ini hanya tinggal omong kosong belaka. Resident Evil 6 justru semakin memperkuat citra game actionnya dan melenceng dari apa yang diinginkan oleh sebagian besar gamer penggemar franchise yang satu ini, apalagi dengan segudang QTE yang harus dieksekusi. Tidak hanya itu saja, sistem kamera juga menjadi masalah tersendiri. Alih-alih membentuk identitasnya sendiri dan bertahan dengannya, Resident Evil perlahan namun pasti, mulai bergeser menjadi sebuah game tipikal third person shooter yang begitu umum. Sangat mengecewakan.
Dengan peralihan ke konsol generasi selanjutnya – Playstation 4 dan Xbox One, para developer dan publisher memang memiliki potensi yang lebih besar untuk mewujudkan ide mereka dan memvisualisasikannya dengan lebih baik. Namun ada begitu banyak misteri di area ini. Dengan begitu banyak hal yang bisa diterapkan, bukan berarti idealisme akan menjadi poros penggerak. Sebagai sebuah bisnis, uang  masih menjadi kekuatan utama yang diperjuangkan dan bukan sekedar “apa yang dibutuhkan” oleh para gamer sendiri. Konsol generasi saat ini memang sudah menawarkan begitu banyak game mengecewakan sebagai sebuah standar. Sebuah monumen tentang apa yang tidak boleh lagi terulang di generasi selanjutnya.
Bagaimana dengan Anda sendiri? Dengan semua game generasi saat ini yang dirilis dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir ini, game apa yang menurut Anda paling mengecewakan? Dan tentu saja, mengapa?Feel free to comment and expand the list!

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Popular Post

- Copyright © AnyThing We Share -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -